![]() |
Akhiu Saksi Sejarah Gedung Pancasila Bengkayang Salah Satu Siswa yang Mengenyam Pendidikan Pada Tahun 1968 dan Pernah Menjabat Sebagai Guru PBH di kampung nya |
πππ‘ππππ¬ππ‘π, π―πΌπΏπ±π²πΏππ.πΌπ»πΉπΆπ»π² – Polemik pemasangan baliho yang melibatkan pihak penggugat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang di Gedung Pancasila menarik perhatian banyak warga, termasuk Akhiu, seorang warga Kampung Pakeng, Desa Bhakti Mulya, yang berusia 72 tahun dan memiliki pengalaman mendalam terkait gedung tersebut. Akhiu pernah menempuh pendidikan di Gedung Pancasila pada tahun 1968 dan bahkan pernah menjabat sebagai Guru Pemberantasan Buta Huruf (PBH) di kampungnya.
Akhiu menyatakan keprihatinannya atas sikap kedua belah pihak yang terlibat dalam “π£ππ₯ππ‘π ππππππ’” ini. “Sikap saling pasang baliho seperti ini menunjukkan ketidakprofesionalan dalam menyelesaikan masalah. Seharusnya, sebagai pemimpin dan pihak yang berwenang, mereka dapat menemukan solusi yang lebih baik dan mengedepankan dialog daripada berkonfrontasi di ruang publik,” ujarnya dengan nada penuh keprihatinan.
Dia juga menekankan bahwa Gedung Pancasila adalah tempat bersejarah dan simbol penting bagi masyarakat Bengkayang, terutama dalam konteks pendidikan. “Saya sangat menghargai tempat ini karena di sinilah saya belajar dan mengembangkan diri. Udah seharusnya kita semua menjaga dan merawat gedung ini, bukan memperdebatkan kepemilikan secara terbuka,” tambah Akhiu.
Warga lainnya juga berbagi pandangan yang sama, berharap agar pihak-pihak yang terlibat dapat fokus pada kepentingan masyarakat dan pendidikan, terutama bagi generasi muda. Dengan berkontribusi dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, diharapkan Gedung Pancasila tetap dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak di Kabupaten Bengkayang.
Akhiu berharap kedepannya akan ada dialog yang konstruktif antara semua pihak, sehingga polemik ini dapat segera diakhiri dan masyarakat dapat kembali fokus pada tujuan bersama dalam meningkatkan kualitas pendidikan. “Kami ingin melihat Gedung Pancasila tetap berdiri kokoh sebagai tempat belajar dan bertumbuh, bukan menjadi sumber perpecahan,” imbuhnya semangat.
Dengan harapan dan dukungan dari warga, diharapkan permasalahan ini dapat segera menemukan titik terang demi kepentingan bersama dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di Kabupaten Bengkayang.
Rep. Latip Ibrahim